Sabtu, 19 Juni 2010

Fishbone Skripsi

OLEH :

KELOMPOK VI

CHRIS ONKI.S.A

FAOZAN AMAD

MUHIPAL

SUHADI MARYAYON

EASY SAFIRA

NIM : 244 309 063

SKRIPSI

DISAMPAIKAN KEPADA PROGRAM MANAJEMEN TRANSPOR LAUT SEBAGAI BAGIAN DARI PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI (S1)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI JAKARTA

2010



PENGARUH KECEPATAN BONGKAR MUAT TERHADAP KINERJA OPERASIONAL PADA PBM. PANDAWA LIMA (PT. BARUNA SHIPPING LINES)

TAHUN 2009




BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi ekonomi telah melanda dunia pada abad sekarang ini. Semua insan pelaku bisnis harus mampu mengantisipasi perkembangan yang ada bila ingin mempertahankan keberadaan di dunia bisnisnya. Ekonomi global menuntut kita untuk bersaing dalam iklim yang sehat di segala bidang, baik bidang perusahaan pelayaran maupun produksi yang dihasilkan. Untuk menciptakan daya saing tersebut, PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Tanjung Priok harus mampu dan siap menghadapi tantangan yang ada. Untuk menghadapi tantangan itu, perlu adanya persiapan mengenai sistem pengoperasian jasa kepelabuhanan yang mampu menjawab tantangan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Kegiatan operasional bongkar dan muat barang umum (general cargo) di dermaga konvensional pelabuhan Tanjung Priok dilakukan dengan dua cara, yaitu bongkar muat secara langsung dan bongkar muat melalui gudang / lapangan penumpukan. Pada hakekatnya pembongkaran atau pemuatan dengan cara langsung (truck lossing) hanya dilakukan pada barang-barang tertentu misalnya : barang-barang berbahaya yang tidak boleh ditimbun di gudang / lapangan dan barang-barang strategis misalnya beras, gula, semen, dan lain-lain. Kenyataannya akhir-akhir ini berkembang kecendrungan bongkar muat terhadap barang-barang lain dengan cara truck lossing, kecendrungan ini sebabkan biaya lebih murah, tetapi akibatnya kapal bertambat lebih lama dan biaya dipelabuhan menjadi besar dan juga performa atau kinerja akan lebih jelek, Berth Time lebih lama, Berth Through Put lebih kecil, Ton Per Ship Hour at Berth lebih kecil dan lain-lain. Penanganan pelayanan barang-barang sebelum dimuat, ditumpuk terlebih dahulu di gudang atau lapangan penumpukan dan disusun sedemikian rupa agar sesuai dengan rencana urutan pemuatan. Urutan pemuatan diperlukan untuk memudahkan pembongkaran di pelabuhan tujuan dan untuk kepentingan stabilitas kapal, penyusunan berat muatan dalam palka harus seimbang. Selama ini pemuatan atau pembongkaran melalui penimbunan ternyata lebih cepat dianding dengan truck lossing yang sering mendapat hambatan, misalnya jumlah truck kurang atau terlambat karena lalu-lintas padat.

Pada pelabuhan standard maksimal yang ditetapkan dalam penggunaan dermaga yang efektif adalah 80% dari panjangnya dermaga. Secara umum, banyak penyebab rendahnya persentase kinerja suatu dermaga, diantaranya disebabkan oleh rendahnya kecepatan bongkar muat dan pelayanan penanganan kapal. Oleh sebab itu dibutuhkan kesiapan alat yang berstandar internasional untuk menangani bongkar muat general cargo dan peti kemas, penempatan tenaga bongkar muat yang tepat disertai disiplin yang tinggi, mekanisme kerja tersusun dengan baik, utilisasi alat yang maksimal dan juga dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan dan cara kerja yang efektif dalam prosedur penanganan kapal beserta muatan yang ada didalamnya.

Berbagai macam kendala di temui dalam memaksimalkan penggunaan dermaga dengan harapan dapat efektif dan efisien. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain : Masih tingginya Waiting Time (waktu tunggu) kapal; Masih terjadi keterlambatan Bongkar Muat Kapal; Masih rendahnya Berth Trought Put (daya lalu barang di dermaga); Masih rendahnya kecepatan rata-rata bongkar muat general cargo (ton per gang hour); Masih rendahnya kecepatan rata-rata bongkar muat peti kemas (box crane hour); Kinerja dermaga belum sesuai dengan yang diharapkan karena berth time yang lama.

PBM. Pandawa Lima merupakan salah satu anak perusahaan PT.Baruna Shipping Lines yang bergerak dibidang jasa yaitu bongkar muat petikemas,Dimana saya berpraktek kerja. Aktivitas yang dilakukan disini adalah menyimpan petikemas kosong yang akan dan atau telah digunakan untuk kegiatan ekpor impor sebagai tempat penumpukan petikemas kosong, membersihkan petikemas yang akan digunakan, membetulkan bila ada kerusakan pada petikemas. PT. Baruna Shipping Lines tidak memiliki petikemas sendiri tetapi hanya memberikan fasilitas.

Untuk dapat melayani penanganan pelayanan peti kemas dibutuhkan peralatan yang baik dan siap pakai antara lain Side Loader, Top Loader, Forklift, dll. Selain itu dibutuhkan sumber daya manusia yang handal untuk dapat melaksanakan kegiatan pengoperasiannya.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut dan mengindentifikasi peluang yang mempunyai potensi dan prospek yang cukup besar untuk pelayanan jasa tersebut, PBM.Pandawa Lima menawarkan produk jasa penanganan pelayanan kegiatan peti kemas dengan melengkapi fasilitas pelayanan terhadap para pelanggan dengan lebih memfokuskan usahanya untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Oleh karena itu dalam ketatnya persaingan, PBM. Pandawa lima yang bergerak dibidang tempat penitipan peti kemas / depo peti kemas secara sadar berupaya keras untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dengan meningkatkan mutu pelayanan demi kepuasan pelanggan. Selain itu perusahaan harus memperhatikan mengenai sumber daya manusia agar kepuasan pelanggan dapat tercapai. Hal ini merupakan masalah tersendiri dalam pengoperasian bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok, dimana PBM Pandawa Lima melakukan kegiatan bongkar muat.

Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengambil judul yaitu “PENGARUH KECEPATAN BONGKAR MUAT TERHADAP KINERJA OPERASIONAL PADA PBM. PANDAWA LIMA (PT. BARUNA SHIPPING LINES) TAHUN 2010”

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan latar belakang judul penelitian , maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Masih tingginya Waiting Time (waktu tunggu) kapal di dermaga.

b. Masih rendahnya Berth Trought Put (daya lalu barang dermaga) di dermaga.

c. Masih rendahnya kecepatan bongkar muat general cargo dan peti kemas di dermaga, sehingga masih terjadi keterlambatan bongkar muat kapal di dermaga.

d. Pelayanan yang diberikan masih belum memuaskan.

2. Pembatasan Masalah

Sehubungan keterbatasan waktu, dana dan teori-teori, agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan dapat diteliti, untuk itu penulis memberi batasan masalah pada : Pengaruh kecepatan bongkar muat terhadap kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima tahun 2009.

3. Pokok Permasalahan

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kecepatan bongkar muat pada PBM. Pandawa Lima tahun 2009 ?

b. Bagaimana kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima tahun 2009?

c. Sejauh mana pengaruh kecepatan bongkar muat terhadap kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima tahun 2009?


C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana kecepatan bongkar muat pada PBM. Pandawa Lima tahun 2009.

b. Untuk mengetahui bagaimana kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima tahun 2009.

c. Untuk menganalisis sejauh mana pengaruh kecepatan bongkar muat terhadap kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima tahun 2009.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Menambah khasanah dan wawasan ilmiah bagi penulis khususnya dalam hal sumber daya manusia. Disamping itu penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam rangka mendapat gelar Sarjana Ekonomi Tranportasi Laut program S1 di Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti Jakarta.

b. Bagi Pengembangan dan Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumbangan pemikiran dan sumber analisis kepada para pembaca dan penambahan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat umum.

c. Bagi Perusahaan

Penelitian ini merupakan sumbangan pikiran dari penulis dalam rangka pengembangan manajemen perusahaan dan dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan dalam menganalisis dan mengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berkenaan dengan kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dalam bentuk angket dan data kuantitatif dalam bentuk skor jawaban responden pada setiap pernyataan angket. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh penulis melalui kuesioner atau angket yang disebar kepada pekerja secara acak (random).

2. Populasi dan Sampel

Dimana populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan dan pegawai pada PBM. Pandawa Lima. Sampel adalah bagian dari populasi. Adapun sampel yang diambil adalah sedikitnya 30 orang yang dianggap dapat mewakili pelanggan dan pegawai bongkar muat pada PBM. Pandawa Lima.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Untuk memperoleh data primer melalui riset lapangan, maka penulis akan menggunakan teknik sebagai berikut :

1) Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada obyek yang diselidiki.

2) Angket

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyampaikan daftar pertanyaan tertulis untuk meminta keterangan atau jawaban dan informasi yang dibutuhkan, dari 30 responden. Pada penelitian ini setiap butir pernyataan responden yang bersifat kualitatif akan diubah menjadi kuantitatif dengan menggunakan Skala Likert. Jawaban pernyataan diberikan bobot nilai yang berdasarkan skala 5 (lima), di mana pada variabel X (kecepatan bongkar muat) dan variabel Y (kinerja operasional) setiap jawaban pernyataan mempunyai nilai sebagai berikut :

Tabel I.1

Bobot Nilai Jawaban Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Singkatan

Bobot Nilai

Sangat Setuju

SS

5

Setuju

S

4

Ragu-ragu

RG

3

Tidak Setuju

TS

2

Sangat Tidak Setuju

STS

1

Sumber : Sugiyono, ( 2006 : 107 )

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research).

Agar skripsi ini tidak menyimpang jauh dari teori-teori yang ada dan untuk memperoleh data sekunder guna melengkapi data yang sudah tersedia, maka dalam riset kepustakaan ini penulis menggunakan beberapa literatur berupa buku-buku, majalah, jurnal, dan bahan pustaka lainnya.


4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan penulis dalam mengolah data menggunakan perhitungan secara manual dengan rumus sebagai berikut :

a. Analisis regresi linier sederhana

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh proporsional antara variabel kecepatan bongkar muat (X) terhadap variabel kinerja operasional (Y). Menurut Sugiyono (2006 : 237) rumus regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

Dimana :

X = Variabel bebas (kecepatan bongkar muat)

Y = Variabel terikat (kinerja operasional)

a = Konstanta (bilangan tetap)

b = Koefisien regresi

n = Jumlah sampel

Adapun rumus untuk mencari nilai a dan b adalah :

b. Analisis koefisien korelasi sederhana

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya pengaruh antara variabel X (kecepatan bongkar muat) dengan variabel Y (kinerja operasional). Menurut Sugiyono (2006 : 238) rumus koefisien korelasi atau r adalah sebagai berikut :

Dimana :

n = Jumlah sampel

r = Koefisien korelasi

X = Variabel bebas (kecepatan bongkar muat)

Y = Variabel terikat (kinerja operasional)

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuat - lemahnya hubungan tersebut, maka penulis menggunakan pedoman seperti yang tertera pada tabel berikut ini :

Tabel I.2

Interpretasi Tingkat Hubungan X dan Y

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Sangat rendah

0,20 – 0,399

Rendah

0,40 – 0,599

Sedang

0,60 – 0,799

Kuat

0,80 – 1,000

Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono, ( 2006 : 214 )

Dengan demikian maka nilai r dinyatakan sebagai berikut :

1) Jika r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y sangat kuat dan positif

2) Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y sangat kuat tetapi negatif

3) Jika r = 0 atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y atau hubungannya sangat lemah.

c. Analisis Koefisien Penentu ( KP )

Merupakan besarnya kontribusi atau sumbangan variabel X (kecepatan bongkar muat) terhadap variabel Y (kinerja operasional) dalam persentase dengan rumus sebagai berikut :

KP = r² . 100%

Dimana :

KP = Koefisien Penentu

r = Koefisien korelasi

d. Analisis Pengujian Hipotesis

Digunakan untuk menguji apakah variabel X dan Y memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak, di mana rumus yang digunakan adalah dengan uji satu arah dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1) Hipotesis awal

Ho: ρ = 0. Artinya tidak ada pengaruh positif variabel X dengan variabel Y

Ha : ρ > 0. Artinya ada pengaruh positif variabel X dengan variabel Y

Ha : ρ < style="mso-tab-count:1"> Artinya ada pengaruh yang negatif variabel X dengan variabel Y

2) Rumus Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Untuk menghitung nilai thitung digunakan rumus sebagai berikut :

3) Untuk mengetahui nilai ttabel digunakan tabel distribusi t pada taraf kesalahan α = 0,050 dk = n – 2.

0 t(α;n-2)


4) Membandingkan t table dengan t hitung

a) Jika t hitung <>tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan kecepatan bongkar muat terhadap kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima.

b) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan kecepatan bongkar muat terhadap kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima.

Dalam proses analisis data digunakan alat bantu software SPSS (Statistical Program For Social Science) Versi 17.

E. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka penulis memberikan hipotesis awal, yaitu diduga terdapat pengaruh kecepatan bongkar muat terhadap kinerja operasional pada PBM. Pandawa Lima.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini secara keseluruhan disiapkan dalam lima Bab, dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah dan pokok masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, hipotesis serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu teori tentang manajemen operasi ,kecepatan bongkar muat, kinerja dan teori lain yang terkait dengan obyek penelitian ini.

BAB III : GAMBARAN UMUM PBM. PANDAWA LIMA

Dalam bab ini mengenai gambaran umum PBM. Pandawa Lima yang berisi sejarah singkat perusahaan, organisasi dan manajemen serta kegiatan usaha operasinya.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis kecepatan bongkar muat, analisis kinerja operasional dan analisis pengaruh kecepatan bongkar muat terhadap kinerja operasional.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab terakhir berisi kesimpulan dari seluruh analisis dan pembahasan, serta saran-saran penulis, yang disesuaikan dengan tujuan dan kegunaan penelitian yang telah ditentukan dalam bab I.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Operasional

Pengertian manajemen menurut Husaini Usman (2006:214) adalah: ”Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencaan ,pengorganisasian ,menggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya”.

Pengertian manajemen menurut M. Manulang (1996:14) adalah: “Manajemen adalah kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mamanage atau mengelola sumber daya manusia untuk mencapai tajuan yang sudah ditetapkan”.

Sedangkan pengertian manajemen operasional menurut Kichart L. Draft (2006:216) adalah : “Manajemen operasional adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang dan jasa.serta menggunakan alat-alat dan tekhnik-tehknik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi”

Dari definisi di atas terlihat bahwa manajemen merupakan “proses”, bukan “seni”. Manajemen sebagai “seni” mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau keterampilan pribidi, sedangkan suatu “proses” adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan.manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer tanpa harus memperhatikan kecakapan atau keterampilan khusus,harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen merupakan kerjasama dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan–tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controling).

Sampai sekarang belum ada suatu teori manajemen dapar ditetapkan pada semua situasi.seorang manajer akan menjumpai banyak pandangan tentang manajemen .setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda ada tiga aliran pemikirian manajemen yaitu:

  1. Aliran klasik
  2. Aliran hubungan manusiawi
  3. Aliran manajemen modern
  1. Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga golongan yaitu berbeda:

a. Manajer lini pertama

Tingkat paling rendah dalam suatu organisai yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional disebut manajemen lini (garis) pertama

b. Manajer menengah

Manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi.para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional.

c. Manajer puncak

Klasifikasi manajer tertinggi pada suatu organisasi manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi

  1. Fungsi-fungsi manajemen

Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh fungsi-fungsi manajemen yang antara lain menurut George.R.Terry yang terdiri dari:

a. Planning (perencanaan)

b. Organizing (pengorganisasian)

c. Actuating (penggerakan)

d. Controlling (pengawasan)

Fungsi manajemen menurut Henry Fayol, yaitu :

a. Planning (perencanaan)

b. Organizing (pengorganisasian)

c. Coordinating (pengkoordinasian)

d. Commanding (perintah)

e. Controlling (pengawasaan)

Fungsi manajemen merurut L.M Gullick,yaitu :

a. Planning

b. Organizing

c. Staffing

d. Directing

e. Coordinating

f. Reporting

g. Budgetting

Fungsi manajemen menurut A.F.Stoner yaitu:

a. Planning

b. Organizing

c. Leading

d. Controlling

Dalam pembahasaan berikut ini kami akan menjelaskan secara garis besar sebagian dari fungsi-fungsi tersebut yaitu: planning, organizing, actuating dan controlling.

a. Fungsi perencanaan (Planning)

Sebelum seorang manajer dapat mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi, mereka haruslah membuat rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi ,perencanaan adalah pemilihan dan penetapan kegiatan ,selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan bagaimana dan oleh siapa perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan ,rencana haruslah diimplementasikan .setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan rencana-rencana mungkin memerlukan perbaikan agar tetap berguna ,perencanaan kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin salah satu aspek yang juga penting dalam perencanaan adalah pembuatan keputusan (making decision).proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Ada empat tahapan dalam perencanaan, yaitu:

1) Menetapkan tujuan atau serangkain tujuan

2) Merumuskan keadaan saat ini

3) Mengidentifikasikan segala peluang dan hambatan

4) Mengembangkan rencana atau serangakain kegiatan dalam percapaian tujuan

Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai:

1) ”Protective benefits” merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan

2) ”Positive benefits” peningkatan pencapaian tujuan organisasi

Ada beberapa manfaat perencanaan antara lain:

1) Membantu manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan .

2) Perencanaan terkadang cenderung menunda kegiatan

3) Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi .kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individu dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi

b. Fungsi pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai tujuan organisasi sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya dua aspek utama proses susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja .departementalisasi adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercemin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagian suatu organisasi. pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan .kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.

Ada beberapa pengertian organisasi antara lain yaitu:

1) Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya yang ada

2) Bagaimana organisasi mengelompokan kegiatan-kegiatanya dan pada tiap kelompok diikuti dengan penugasan seorang manajer yang di beri wewenang utnuk mengawasi anggota –anggota kelompok

3) Hubungan –hubungan antara fungsi-fungsi jabatan-jabatan tugas-tugas dan para karyawan

4) Cara para manajer membagi tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut.

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugasatau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai dengan efisien ada beberapa aspek penting dalam proses pengorganisasian , yaitu:

1) Bagan organisasi formal

2) Pembagian kerja

3) Departemntalisasi

4) Rantai perintah atau kesatuan perintah

5) Tingkat-tingkat hirarki manajemen

6) Saluran komunikasi

7) Rentang manajemen dan kelompok informal yang dapat dihindarkan

Bentuk struktur organisasi bermacam-macam, tetapi pada pokoknya ada empat yaitu organisasi line (line organization), organisasi garis dan staff (line and staff organization),organisasi fungsional (functional organization),dan organisasi Matriks (matrix organization)

c. Fungsi pengarahan (Actuating)

Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan dalam melakukan pengarahan yaitu :

1) Prinsip mengarah kepada tujuan.

2) Prinsip keharmonisai denang tujuan.

3) Prinsip kesatuan komando.

Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin dan diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di atas.

Cara-cara pengarahan yang dilakukan dapat berupa:

1) Orientasi

Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik

2) Perintah

Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu


3) Delegasi wewenang

Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melipahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahannya

d. Fungsi pengawasan (controlling)

Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan manajemen adalah usaha sisitematik untuk menetapkan setandar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan tujuan-I perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang di tetapkan sebelumnya menentukan dan mengukur penyimpangan –penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisiensi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan .ada tiga–tipe pengawasan yaitu:
1) Pengawasan pendahuluan

Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan

2) Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan

Merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus di setujui dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan untuk menjadi semacam peralatan pemeriksa kedua yang telah menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan

3) Pengawasan umpan balik

Permasalahan yang di hadapi oleh eksekutif dalam pengawasan karena harus melakukan koordinasi terhadap tiga komunikasi, koordinasi, dan kerja sama sangatlah vital, sehingga di perlukan sekali perhaian terhadap masalah dan cara pengawasan terhadapnya (cara kerja dan sikapnya)

B. Bongkar Muat

1. Pengertian Bongkar

Menurut Badudu (1994:200) Bongkar diterjemahkan sebagai: “Bongkar berarti mengangkat, membawa keluar semua isi sesuatu, mengeluarkan semua.” Sedangkan menurut Forum Komunikasi Operator Terminal Asosiasi PBM Jakarta (2002:10): “Bongkar adalah kegiatan membongkar barang muatan dari kapal,”

Adapun menurut F.D.C. Sudjatmiko (1997:348): Pembongkaran merupakan suatu pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain dan bisa juga dikatakan suatu pembongkaran barang dari kapal ke dermaga, dari dermaga ke gudang atau sebaliknya dari gudang ke gudang atau dari gudang ke dermaga baru diangkut ke kapal.


2. Pengertian Muat

Pengertian Muat menurut Badudu (1994:941) : “Berisi, pas, cocok, masuk ada didalamnya, dapat berisi, memuat, mengisi, kedalam, menempatkan.’ Sedangkan menurut Forum Komunikasi Operator Terminal (2002:10) adalah: “Muat adalah kegiatan memuat barang muatan ke kapal.”

3. Pengertian Bongkar Muat

Menurut Dirk Koleangan, pengertian kegiatan Bongkar Muat adalah sebagai berikut: Kegiatan Bongkar Muat adalah kegiatan memindahkan barang-barang dari alat angkut darat, dan untuk melaksanakan kegiatan pemindahan muatan tersebut dibutuhkan tersedianya fasilitas atau peralatan yang memadai dalam suatu cara atau prosedur pelayanan.

Menurut F.D.C. Sudjatmiko (1993:348) : Bongkar Muat adalah pemindahan muatan dari dan keatas kapal untuk ditimbun ke dalam atau langsung diangkut ke tempat pemilik barang dengan melalui dermaga pelabuhan dengan mempergunakan alat pelengkap bongkar muat, baik yang berada di dermaga maupun yang berada di kapal itu sendiri. Sedangkan menurut Subandi (1989:27) yaitu: “Bongkar muat adalah sebuah rangkaian kegiatan perusahaan terminal untuk melaksanakan pemuatan atau pembongkaran dari dan ke atas kapal” pengertian Bongkar- Muat menurut Amir M.S (1999:105) : Pekerjaan membongkar barang dari atas dek atau palka dan menempatkannya ke atas dermaga (kade) atau ke dalam tongkang atau kebalikannya, memuat dari atas dermaga atau dalam tongkang dan menempatkannya ke atas dek atau ke dalam palka dengan menggunakan derek kapal.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 (2001:5) : Kegiatan Bongkar Muat adalah kegiatan bongkar muat barang dari dan atas ke kapal meliputi kegiatan pembongkaran barang dari palka kapal ke atas dermaga di lambung kapal atau sebaliknya (stevedoring), kegiatan pemindahan barang dari dermaga di lambung kapal ke gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya (cargodoring) dan kegiatan pengambilan barang dari gudang/lapangan dibawa keatas truk atau sebaliknya (receiving/delivery).

Bongkar-Muat menurut PP. No. 17/1988 didefinisikan sebagai: “Suatu kegiatan jasa yang bergerak yang membongkar ataupun memuat benda atau barang baik dari kapal atau ke kapal yang meliputi dari kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving-delivery”.

Keputusan Menteri Perhubungan berdasarkan Undang-undang No.21 Tahun 1992, KM No.14 Tahun 2002, Bab I Pasal 1, Bongkar muat adalah: Kegiatan bongkar muat barang dari dan atau ke kapal meliputi kegiatan pembongkaran barang dari palka kapal ke atas dermaga di lambung kapal ke gudang lapangan penumpukan atau sebaliknya (stevedoring), kegiatan pemindahan barang-barang dari dermaga di lambung kapal ke gudang lapangan penumpukan atau sebaliknya (cargodoring) dan kegiatan pengambilan barang dari gudang atau lapangan di bawa ke atas truk atau sebaliknya (receiving/delivery).

Menurut KM No.25 Tahun 2002 Pasal 1 Tentang Pedoman dasar Perhitungan Tarif Pelayaran Jasa Bongkar Muat dari dan ke kapal di pelabuhan:

a. Stevedoring : Pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga/tongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.

b. Cargodoring : Pekerjaan melepaskan barang dari tali/ jala-jala (eks tackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di gudang lapangan atau sebaliknya.

c. Receiving/delivery: Pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.

Di dalam KM. No.25 Tahun 2002 ini juga menyebutkan bahwa kegiatan bongkar muat dibedakan menjadi:

a. Bongkar muat direede adalah : Pekerjaan membongkar dari kapal yang tidak bersandar di dermaga ke tongkang di lambung kapal selanjutnya megeluarkan dari tali/jala-jala (eks tackle) dan menyusun di tongkang serta membongkar dari tongkang ke dermaga atau sebaliknya.

b. Bongkar muat langsung ke atau dari dermaga (kade losing/loading) adalah pekerjaan membongkar muatan atau barang dari kapal langsung ke dermaga dan selanjutnya mengeluarkan dari tali/jala-jala (eks tackle) serta menyusun di truck/ tongkang atau sebaliknya.

Mengacu pada beberapa pengertian diatas mengenai Bongkar Muat, maka penulis mencoba membuat suatu kesimpulan yaitu bongkar muat adalah suatu proses kegiatan pemindahan barang dari dan ke atas kapal dengan menggunakan alat bongkar muat yang tersedia di pelabuhan tempat kegiatan bongkar muat itu dilaksanakan.

C. Kecepatan Bongkar Muat

Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai hakekat bongkar muat, terlebih dahulu perlu dijelaskan tentang pengertian istilah bongkar muat. Bongkar muat merupakan kegiatan memindahkan muatan dari suatu alat angkut ke dermaga / alat angkut lainnya atau sebaliknya. Bongkar muat memegang peranan yang sangat penting dalam operasi dermaga. Menurut pendapat beberapa pakar tentang Bongkar Muat adalah :

”Kecepatan Bongkar Muat Barang merupakan kecepatan kerja bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan atau sebaliknya ” FDC. Sudjatmiko (2004 : 157).

Demikian juga Suranto ( 2004 : 75) berpendapat :

“Kecepatan Kerja Bongkar Muat Kapal tergantung pada jumlah siklus (hook cycle) setiap jam dan berat barang yang diangkut dalam setiap siklus”.

Menurut Suryono (2003 : 234)

”Kecepatan dari ship operation (Bongkar muat kapal) ditentukan oleh, jumlah siklus dalam satu jam dan berat rata-rata tiap siklus serta faktor-faktor yang mempengaruhi tiap siklus “.

Amir M.S (1997 : 72) dalam bukunya mengatakan bahwa : Kegiatan Bongkar Muat (Loading / Unloading) lazim juga disebut dengan stevedoring yang dilakukan oleh perusahaan pelayaran bersama-sama dengan Perusahaan. Pendapat yang lain dikemukakan (Captain L.G. Tailor, 1992 ; 319) mengenai bongkar muat;

”The integration between ship and quay procedures ; the overall transportation mode; cargo patterns ; ship types ports facilities. The conventional, container, roll on/roll of, lash, multi-purpose and bulk carrier vessels general descriptions and applications of each type”. (Captain L.G. Taylor, 1992 : 319)

Menurut (Suyono, 2005 : 314) Bongkar muat meliputi Kegiatan Stevadoring, Cargodoring, Receiving/delivery. Mengenai hal ini Suyono menjelaskan : Stevedoring adalah pekerjaan pembongkaran barang dari kapal ke dermaga/tongkang/truk atau memuat dari dermaga/tongkang/truk ke kapal sampai dengan menyusun dalam kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.

Pendapat lain dari bongkar muat adalah ” Goods are moved from one place to another, such as a quayside strorage are and ship’s hold. There is the medium by which the cargo is transferred, which may be manual laboar, specially designed equipment or some combination of the two. (UNITED NATIONS : 53)

Sedangkan peralatan bongkar muat adalah alat-alat penunjang pekerjaan bongkar muat.

”Establishments primarily engaged in activities directly related to marine cargo handling from the time cargo, for or from a vessel, arrives at shipside, dock, pier, terminal, staging area, or in-transit area until cargo loading or unloading operations are completed, included in this industry area estalishments primarily engaged in the transfer of cargo between ship and barges, trucks, trains, pipelines, and wharfs. Cargo handling operations carried on by transportation compantes and separately reported are ciassified here. This industry includes the operation and manitenance of piers, dock, and associated building and facilities” (http:// dictionary.babylon.com/Marine Cargo Handling)

Jadi Kecepatan Bongkar Muat dapat dilihat berdasarkan kecepatan Hook Cycle / Siklus Ganco, sedangkan Hook Cycle Time adalah waktu yang diperlukan dalam proses memindahkan barang dari palka ke dermaga dalam satu siklus. Satu siklus hook adalah dimulai dari mengaitkan ganco kemuatan di dalam palka kapal kemudian mengangkat barang tersebut kedermaga, lalu ganco dilepaskan, dan seterusnya ganco kembali kedalam palka. Semakin cepat kerja per Hook Cycle maka semakin banyak kegiatan Bongkar Muat yang dihasilkan dan ini dapat diukur berdasarkan satu waktu periode tertentu (jam, hari, bulan,tahun).

Kecepatan bongkar muat sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya seperti jumlah siklus dalam satuan jam dan berat rata-rata muatan serta pemilihan peralatan yang tepat, ketersediaan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) dengan SDM yang sesuai, gudang / lapangan penumpukan yang sudah siap, kondisi jalan untuk lalu lintas mobil pengangkut tidak ada yang menghalangi serta cuaca yang cerah. Dengan demikian apa yang diharapkan dalam kegiatan bongkar muat akan tercapai bahkan mungkin lebih dari yang diharapkan.

Kegiatan Bongkar Muat merupakan kegiatan dalam upaya memindahkan, memindahkan sementara, menggeser muatan dari satu kapal ke dermaga/tongkang/truk atau sebaliknya dan dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya guna kelancaran arus barang pada suatu pelabuhan.

Peralatan bongkar muat dimaksud seperti jenis alat multiporpuse (mobile crane, forklift, truck), untuk petikemas (Container Crane, Rubber Tyred Gantry Crane, Top loader, Head Truck, chasis, dsb), untuk curah kering (conveyor, dump, hopper, dsb). Dimana kesemuanya adalah untuk kelancaran pelaksanaan bongkar muat di pelabuhan.

Menurut Kepmenhub No.KM 14 tahun 2002, Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal.

Adapun Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) merupakan semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan. Sedangkan Penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan yang melakukan kegiatan bongkar muat dengan menggunakan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) dan peralatan bongkar muat.

Berdasarkan uraian di atas maka disintesiskan pengertian kecepatan bongkar muat adalah pemenuhan standar internasional yang meliputi kualitas Sumber Daya Manusia, perlengkapan bongkar muat, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya.

D. Produktivitas

Pengertian produktivitas menurut Tata (1996:208) adalah sebagai berikut: Perbandingan antara hasil fisik dengan masukan sumber daya dan atau ukuran kinerja yang lebih luas; produktivitas mengidentifikasi keberhasilan atau kegagalan menghasilkan barang dan jasa dalam kuantitas atau kualitas dengan pemanfaatan yang benar dari sumber daya produktivitas berupa kriteria sumber daya, pencapaian kerja yang diterapkan pada individu, kelompok dan organisasi.

Menurut Sinungan Muchdarsyah (1997:12) produktivitas yaitu: “Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang atau jasa.”

Menurut Ravianto. J dalam bukunya yang berjudul Pengantar Bisnis Modern, Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1996. hlm.189 menyatakan:

1. Produktivitas adalah konsep universal, yang dimaksud yaitu menyediakan banyak barang dan jasa untuk kebutuhan, semakin banyak orang yang menggunakan semakin sedikit sumber-sumbernya.

2. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana, pengembangan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien namun tetap menjaga kualitas.

3. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan modal, keterampilan, teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber daya lainnya. Tujuannya untuk perbaikan kehidupan yang bermanfaat bagi seluruh kehidupan menusia melalui pendekatan konsep produktivitas secara menyeluruh.

4. Produktivitas berbeda untuk masing-masing negara sesuai dengan kondisi, potensi dan kekurangan serta harapan-harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka pendek dan jangka panjang, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pendidikan, pelayanan dan komunikasi.

5. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu, teknologi dan teknik-teknik manajeman, akan tetapi juga mengandung filosofis dan sikap yang didasarkan pada motivasi yang kuat untuk mencapai mutu kehidupan yang baik.

Sedangkan menurut Rusli Syarif (1991:62) definisi dari produktivitas adalah: “Produktivitas adalah hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil itu. Secara umum ratio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan”.

Menurut Stonner (1992:261) mengutip definisi dari Kendrick yang menyatakan bahwa: Hubungan antara keluaran (output = O) berupa barang dan jasa dengan masukan (input = I) berupa sumber daya manusia atau bukan, yang digunakan dalam proses produksi, hubungan tersebut biasanya dinyatakan dengan bentuk rasio O/I.

Dengan demikian, prouktivitas pada dasarnya adalah rasio dari keluaran (output) terhadap masukan (input).

Output

Produktivitas = __________

Input

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan secara sederhana bahwa produktivitas adalah tingkat kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menghasilkan barang atau jasa. Atau juga produktivitas dapat dijadikan sebagai alat perbandingan untuk mengetahui seberapa besar produktivitas yang dihasilkan dari rata-rata antara jumlah uang yang dicapai dengan jumlah setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung.

Dengan demikian produktivitas dalam kajian ini adalah ukuran kinerja keberhasilan bongkar dan muat kapal Ro-Ro di pelabuhan Merak dilihat dari kuantitas dengan pemanfaatan yang benar dari sumber daya produksi.

E. Kinerja Operasional

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut John Whitmore (1997 : 104) “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”.

Kemudian menurut Barry Cushway (2002 : 1998) “Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan”.

Sedangkan Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : “ merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Hasibuan Malayu (2001 : 34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut diktat rumusan kinerja PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I-IV (2000: 205) : ”Kinerja merupakan output dari tingkat keberhasilan pelayanan atau penggunaan fasilitas atau peralatan pelabuhan pada suatu periode (waktu tertentu yang ditetapkan) dalam ukuran satuan waktu, satuan berat, ratio perbandingan (persentase) atau satuan lainnya”.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( 2005 : 503 ) kinerja adalah : “Sesuatu yang dicapai/ kemampuan kerja tentang peralatan/ prestasi yang diperhatikan”.

Kinerja suatu pelabuhan merupakan gabungan kinerja atau out put dari dermaga-dermaga yang ada dalam suatu pelabuhan.

Gurning (2007 : 171) berpendapat bahwa : Kinerja operasional pelayanan barang/produktivitas bongkar muat “Suatu gambaran dan kecepatan pelaksanaan penanganan barang yang dapat dicapai untuk kegiatan pembongkaran barang dari atas kapal sampai ke gudang atau lapangan penumpukan atau sebaliknya untuk kegiatan pemuatan barang sejak dari gudang/lapangan penumpukan sampai ke atas kapal.

Kemampuan pelayanan kapal dan barang merupakan kinerja operasional yang dapat diukur dengan melihat jumlah muatan/barang yang secara rata-rata melewati/melalui dermaga (berth) dan gudang (Shed) atau lapangan penumpukan (open storage) dalam satu waktu tertentu, yaitu Berth Throughput (BTP) dan Shed Throughtput (STP). (Bambang Leksmono, 2000 : 71)

Kemudian Suranto (2004 : 130) berpendapat : Kinerja operasional pelabuhan adalah: “ output dari tingkat keberhasilan pelayanan kapal, barang dan peralatan pelabuhan dalam suatu periode tertentu yang dinyatakan dalam suatu ukuran waktu (jam), satuan berat (ton), dan rata-rata perbandingan (persentasi), atau satuan lainnya”.

Elfrida Gultom (2007 : 64) Mengatakan bahwa : “Kinerja Operasional suatu pelabuhan ditentukan oleh kinerja dari terminal-terminal yang ada dipelabuhan tersebut dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat barang disesuaikan dengan jenis barang, kemasan barang yang akan ditangani dan jenis kapal yang dilayani”.

Pendapat yang hampir sama dengan pendapat di atas juga dikemukakan Arwinas Dirgahayu (1999 : 191) ia mengatakan : Kinerja operasional secara keseluruhan dapat dikelompokkan dan terdiri dari kinerja pelayanan kapal, kinerja pelayanan barang / produktivitas bongkar muat dan utilisasi fasilitas dan peralatan.

Fungsi kinerja operasional di pelabuhan merupakan sebagai alat analisis untuk kepentingan manajemen dalam mengelola pelabuhan, menentukan perencanaan operasional, untuk pengembangan pelabuhan dan menetapkan kebijakan dalam peningkatan pelayanan.

Berdasarkan uraian di atas maka disintesiskan pengertian Kinerja Operasional adalah tingkat keberhasilan produktivitas dan efisiensi penggunaan fasilitas / peralatan pelabuhan dalam melakukan kegiatan bongkar dan muat pada periode tertentu yang didukung oleh kinerja terminal, gudang dan lapangan penumpukan.

F. Pengaruh Kecepatan Bongkar Muat Terhadap Kinerja Operasional

Kecepatan bongkar muat merupakan istilah yang sering digunakan dalam kegiatan operasional pelabuhan. Kecepatan bongkar merupakan waktu yang dapat digunakan dengan baik untuk melakukan pemindahan barang dari kapal ke dermaga, gudang, lapangan penumpukan dan sebaliknya. Pemindahan barang juga dapat dilakukan dengan truck losing demikian sebaliknya pemuatannya. Kinerja operasional suatu dermaga di pelabuhan sangat tergantung daripada kecepatan bongkar muat suatu dermaga. Kinerja operasional dermaga merupakan suatu indikator yang sangat mempengaruhi produktivitas suatu pelabuhan secara menyeluruh.

Bila kecepatan bongkar muat tidak sesuai standar yang telah ditetapkan atau kecepatan rata-ratanya di bawah standar yang ditetapkan maka kinerja operasional akan rendah. Bila kecepatan bongkar muat sesuai dengan standar maka kinerja operasional dermaga dapat dinyatakan baik.

Dengan demikian diduga terdapat pengaruh positif antara kecepatan bongkar muat dengan kinerja operasional dermaga. Artinya semakin tinggi kecepatan bongkar muat dalam suatu dermaga maka pasti kinerja operasional dermaga tersebut juga akan tinggi.


  1. Variabel kecepatan bongkar muat

a. Definisi Konseptual

Kecepatan bongkar muat adalah pemenuhan standar internasional yang meliputi kualitas Sumber Daya Manusia, perlengkapan bongkar muat, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya.

b. Definisi Operasional Kecepatan Bongkar Muat

Skore Kecepatan Bongkar Muat dapat diukur berdasarkan Hook Cycle dalam kurun waktu tertentu yang didukung oleh peralatan, SDM, kesiapan lapangan penumpukan dan jalan untuk lalu lintas kendaraan pengangkut serta kondisi alam (cuaca) dan kondisi muatan (X1).

c. Instrumen Kecepatan Bongkar Muat

Kisi-kisi untuk mengukur variabel kecepatan bongkar muat menggambarkan secara menyeluruh butir-butir instrument setelah diadakan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliablitas instrument. Jumlah butir instrument yang disusun berdasarkan indikator sebelum diujicoba berjumlah 15 butir. Setelah diujicobakan ternyata seluruh butir adalah valid. Seluruh instrument yang digunakan dalam penelitian adalah instrument-instrumen yang sahih dan handal (valid dan reliable).


Table 2.1

Kisi-kisi Instrumen

Variabel Kecepatan Bongkar Muat (X)

Variabel

Indikator

Nomor Butir

Jumlah

Kecepatan bongkar muat

- Perlengkapan Bongkar Muat

- Kualitas Sumber Daya Manusia

- Pemenuhan Standar Internasional

1,2,3

4,5,6

7,8,9,10

3

3

4

  1. Variable Kinerja Operasional

a. Definisi Konseptual

Kinerja Operasional adalah tingkat keberhasilan produktivitas dan efisiensi penggunaan fasilitas / peralatan pelabuhan dalam melakukan kegiatan bongkar dan muat pada periode tertentu yang didukung oleh kinerja terminal, gudang dan lapangan penumpukan.

b. Definisi Operasional variabel Kinerja Operasional

Kinerja Operasional adalah jumlah muatan dan bongkaran barang yang melalui dermaga dibagi panjang dermaga dalam satuan ton/m3 dalam satu periode (bulan/tahun) yang melewati dermaga yang tersedia dalam satuan meter. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja dermaga diantaranya jenis, ukuran dan berat suatu barang, SDM diantaranya pengetahuan, kemampuan dan keahlian, disiplin, manajemen, peralatan seperti teknologi, sarana dan prasarana serta luas dan panjang dermaga yang tersedia.


c. Instrumen Kinerja Operasional (Y)

Kisi-kisi untuk mengukur variabel kinerja operasional menggambarkan secara menyeluruh butir-butir instrumen setelah diadakan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument.

Jumlah butir instrument yang disusun berdasarkan indikator sebelum diujicoba berjumlah 15 butir. Setelah diujicobakan ternyata seluruh butir adalah valid. Seluruh instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen-instrumen yang sahih dan handal (valid dan reliable).

Table 2.3

Kisi-kisi Instrumen

Variabel Pelayanan kapal (Y)

Variabel

Indikator

Nomor Butir

Jumlah

Kinerja Operasional

- Fasilitas tambat dan peralatan bongkar muat

- Kegiatan bongkar muat

1, 2, 3, 4, 5

6, 7, 8, 9,10

5

5